Laman

Selasa, 02 November 2010


haha. you know who this photo? starting from the left. Me, my mom, and my younger brother. three of us fun photos. about my dad though. but not destitute. its okay. very funny with my familyy

okay. haha. This photo really narcissistic. This photo I took time again bad mood. do not know why you can picture like this. My friend said, was in the edit. Noooooooo. was not in the edit friends! try to see more clearly. haha: D

today was my best friend's birthday. Yessica. haha. he's very funny. Mimi and me together as yuni was surprised Yessi. Oath today i was very happy my friend can see the happy smile

I took this picture while on break at school. starting from the far left, Aryanti Isma. then my own. then there Puput, Avilla, Astri and Yessica. they are a few good friends in my opinion. I am very happy to have friends like them.
Simak
Baca secara fonetik

Selasa, 26 Oktober 2010


gambar ini gue ambil tadi siang waktu gue bareng dua temen gue nonton di bioskop. nice picture bukan? haha gila deh. masa di di jalanan gitu gue gipo bareng mereka berdua. hahaha. but, its very fun. i like this picture. what about you guys?

Jumat, 08 Oktober 2010

MY SCHEDULE IN FRIDAY 08/10/2010

05.00-05.30 : wake up, then
dawn prayers and
assesses
05.30-05.45 : take a bath
05.45-06.30 : breakfeast
06.30-07.00 : go to school
07.15-11.30 : studied in the school
11.30-11.45 :
go home
11.45-13.00 : lunch
then prayers
13.00-15: sleeps
then washing dashes
15.00-16.00 : make a story
16.00-16.30 : prayers, then take a bath
16.30-17.00 : read a novel
17.00-18.00 : watching tv
18.00-18.30 : prayers and assesses
18.30-20.00 : study and then prayers
20.00-20.15 :
dinner
20.15-21.00 : watching tv
21.00 : sleep

Oke. This day, iam very very sad. Because -him- not supported with me. Whats up boy? Why? Hikz :(

MY SCHEDULE IN THURSDAY 07/10/2010

05.00-05.30 : wake up, then
dawn prayers and
assesses
05.30-05.45 : take a bath
05.45-06.30 : breakfeast
06.30-07.00 : go to school
07.15-14.00 : studied in the school
14.00-14.30 :
go home
14.30-14.45 : lunch
14.45-15.00 :
washing dashes
15.00-16.00 : make a story
16.00-16.30 : prayers, then take a bath
16.30-17.00 : read a novel
17.00-18.00 : watching tv
18.00-18.30 : prayers and assesses
18.30-20.00 : study and then prayers
20.00-20.15 :
dinner
20.15-21.00 : watching tv
21.00 : sleep

MY SCHEDULE IN WEDNESDAY 06/10/2010

05.00-05.30 : wake up, then
dawn prayers and
assesses
05.30-05.45 : take a bath
05.45-06.30 : breakfeast
06.30-07.00 : go to school
07.15-14.00 : studied in the school
14.00-14.30 :
go home
14.30-14.45 : lunch
14.45-15.00 :
washing dashes
15.00-16.00 : make a story
16.00-16.30 : prayers, then take a bath
16.30-17.00 : read a novel
17.00-18.00 : watching tv
18.00-18.30 : prayers and assesses
18.30-20.00 : study and then prayers
20.00-20.15 :
dinner
20.15-21.00 : watching tv
21.00 : sleep

MY SCHEDULE IN TUESDAY 05/10/2010

MY SCHEDULE IN TUESDAY 05/10/2010
05.00-05.30 : wake up, then
dawn prayers and
assesses
05.30-05.45 : take a bath
05.45-06.30 : breakfeast
06.30-07.00 : go to school
07.15-14.00 : studied in the school
14.00-14.30 :
go home
14.30-14.45 : lunch
14.45-15.00 :
washing dashes
15.00-16.00 : make a story
16.00-16.30 : prayers, then take a bath
16.30-17.00 : read a novel
17.00-18.00 : watching tv
18.00-18.30 : prayers and assesses
18.30-20.00 : study and then prayers
20.00-20.15 :
dinner
20.15-21.00 : watching tv
21.00 : sleep

This day, i am very sad. Not mood. Babaay.

Rabu, 29 September 2010

MY SCHEDULE IN TUESDAT 29/09/2010

05.00-05.30 : wake up, then
dawn prayers and
assesses
05.30-05.45 : take a bath
05.45-06.30 : breakfeast
06.30-07.00 : go to school
07.15-14.00 : studied in the school
14.00-14.30 :
go home
14.30-14.45 : lunch
14.45-15.00 :
washing dashes
15.00-16.00 : make a story
16.00-16.30 : prayers, then take a bath
16.30-17.00 : read a novel
17.00-18.00 : watching tv
18.00-18.30 : prayers and assesses
18.30-20.00 : study and then prayers
20.00-20.15 :
dinner
20.15-21.00 : watching tv
21.00 : sleep

Oke. This day, i am sad :( i dont now what about this. I can't do anything. My body was hurts (?) hahaha. Okay. To : mr.yudith
I am so sorry if i can't posted about my schedule every day. Because no one warnet (apaan sih b.inggnya warnet?) near my house. Mohon dimaklumi :)

Kamis, 23 September 2010

MY SCHEDULE IN THURSDAY 23/09/2010

05.00-05.30 : wake up, then
dawn prayers and
assesses
05.30-05.45 : take a bath
05.45-06.30 : breakfeast
06.30-07.00 : go to school
07.15-14.00 : studied in the school
14.00-14.30 :
go home
14.30-14.45 : lunch
14.45-15.00 :
washing dashes
15.00-16.00 : make a story--> novel or one shoot story in PC (i like writing)
16.00-16.30 : prayers, then take a bath
16.30-17.00 : read a novel or one shoot story
17.00-18.00 : watching tv
18.00-18.30 : prayers and assesses
18.30-20.00 : study and then prayers
20.00-20.15 :
dinner
20.15-21.00 : watching tv
21.00 : sleep

Oke. This day i very Happy. My McrosoftWord 2003 in my PC was change become Mcrosoftword 2007. Thanks god. Its simply for me to make a STORY again and AGAIN. Alwaays :) babay.

Senin, 20 September 2010

KEGIATAN HARI SENIN 20/09/2010

Kegiatan hari : kamis, 20/09/2010

05.00-05.30 : bangun pagi kemudian sholat subuh dan mengaji
05.30-05.45 : mandi pagi
05.45-06.30 : siap-siap lalu sarapan
06.30-07.00 : berangkat sekolah
07.15-14.00 : belajar di sekolah
14.00-14.30 : pulang sekolah sampai di rumah
14.30-14.45 : makan siang
14.45-15.00 : cuci piring
15.00-16.00 : bikin karya sastra karya sendiri di computer (saya hobi menulis. Hehe)
16.00-16.30 : sholat lalu mandi sore
16.30-17.00 : baca novel/cerpen di buku.
17.00-18.00 : menonton tv
18.00-18.30 : sholat lalu mengaji
18.30-20.00 : belajar lalu sholat isya
20.00-20.15 : makan malam
20.15-21.00 : menonton tv
21.00 : tidur malam

Nah, itu kegiatan saya hari ini. Oiya, hari ini ulang tahun idola saya. ALVIN JONATHAN. Hoho. WYATB Koko Apiiiin :)

Rabu, 18 Agustus 2010

CINTA KEDUA part 1 : Keterpurukkan Sivia, Kepasrahan Rio.

CINTA KEDUA

Di suatu rumah yang besar, megah dan mewah, terlihat seorang gadis sedang menangis sejadi-jadinya di kamar tidurnya. Gadis itu memandangi foto orang tuanya yang sudah selama lima bulan belakangan pergi meninggalkannya ke alam surga. Sedih, sakit, sepi, ia rasakan semua. Kini gadis itu hanya bisa menyendiri di kamar setelah beberapa saat yang lalu dimarahi oleh tantenya yang sekarang ikut tinggal atau bisa dibilang menumpang di rumah orang tua gadis tersebut. Ia dituduh mencuri kalung emas milik Bu Jessica. Padahal dia sama sekali tidak melakukan perbuatan berdosa itu. Entah siapa yang menfitnahnya. Yang jelas, sekarang dirinya terancam di usir dari rumahnya sendiri.

“bunda, papa, Via kangen sama kalian. Disini Via sendirian pa, bun.” Gadis itu seakan berbicara langsung pada orang tuanya. Dia tak bisa lagi menahan ketersiksaannya di rumah itu. Tantenya sepertinya sangat membenci gadis ini. Entah apa sebabnya, yang jelas, tantenya sangat amat benci terhadap Sivia.
Yap. Anak gadis itu bernama Sivia. Sivia Azizah lengkapnya. Gadis yang berumur 15 tahun ini merupakan anak dari Pak Ryan dan Bu Mira yang kini telah meninggal karena kecelakaan lima bulan lalu. Sejak saat itu, hak asuh Sivia dipegang oleh Pak Ardian dan Bu Jessica. Mereka adalah om dan tante Sivia. Bukan hanya hak asuh Sivia, tapi perusahaan, rumah, villa, serta harta dipegang penuh oleh om dan tantenya itu. Pak Ardian dan Bu Jessica sendiri mempunyai dua anak. Satu putri berumur 15 tahun bernama Ify, dan satu lagi putra berumur 14 tahun bernama Ozy.
Sivia sendiri sudah memiliki laki-laki yang sangat menyayanginya, Rio. Lebih tepatnya Mario Stevano. Entah ada angin apa, dua hari yang lalu, Ify, saudara sepupunya itu curhat mengenai laki-laki yang akhir-akhir ini ia sukai. Memang saat ini Ify dan Ozy berbeda sekolah dengan Sivia. Sementara Rio sendiri, ia adalah anak pengusaha kaya yang satu sekolah dengan Ify dan Ozy.

“Vi, kayaknya gue naksir sama kakak kelas di sekolah gue deh. Dia manis banget. Namanya Mario. Mario Stevano. Ituloh anaknya Om Aditya. Temen almarhum bokap lo. Lo tau kan? Hmm.. gue pengen deh suatu saat bisa ada hubungan special gitu sama dia Vi.”
Ya begitulah sekilas curhatan Ify yang sangat menusuk hati Sivia. Memang sampai saat ini, Ify maupun keluarganya tak ada yang mengetahui kalau Sivia sedang menjalin hubungan bersama Rio, kecuali tante Jessica. Ia pernah membuntuti Sivia waktu jalan-jalan bersama Rio di mall. Karena Bu Jessica mengetahui kalau Ify sangat menyukai sosok Rio, alhasil Bu Jessica menyuruh Sivia untuk segera mengakhiri hubungannya dengan Rio. Tapi sampai saat ini, Sivia belum mampu untuk mengatakan kata ‘putus’ pada Rio. Ia sangat menyayangkan sikap Rio yang begitu perhatian terhadapnya. Kalau ia memutuskan hubungannya dengan Rio, siapa lagi yang akan menyayanginya?
Tapi, setelah memikirkan matang-matang perintah Tante Jessica, Sivia pun dengan berat hati bersedia untuk mengakhiri hubungannya dengan Rio. Demi Ify. Sepupunya yang setiap hari membela Sivia jika dibentak oleh Tante Jessica hanya karena satu hal sepele.

“apa? Vi? Kamu bercanda kan sayang?” Rio begitu serius menatap wajah Sivia.
“Vi, kamu dengerin aku. aku gak mau putus sama kamu. Aku cinta sama kamu Vi. Aku gak mau kehilangan kamu. Aku rela mati demi kamu Vi. Aku bener-bener sayang sama kamu Vi.” Rio

mendekati Sivia. Melingkarkan kedua tangannya di pinggang Sivia. Memeluk Sivia dengan hangat. Sivia merasa begitu damai dalam dekapan Rio. Tapi, sejurus kemudian, wajah Tante Jessica dan Ify melayang-layang di otak Sivia.

“Kak Rio, Via juga cinta sama kakak. Via sayang banget sama kakak.” Sivia melepaskan pelukan Rio. Dan mundur untuk beberapa langkah menjauhi Rio.
“tapi ini semua harus Via lakukan kak. Ini yang terbaik buat kita. Suatu saat pasti ada wanita yang mencintai kakak lebih dari Via.” Air matanya tak mampu dibendung lagi. Ia menangis tersedu di hadapan laki-laki yang begitu setia bersamanya satu tahun terakhir.

“ya tapi kenapa Vi? Apa sebabnya? Apa aku kurang perhatian sama kamu? Apa aku ngelakuin kesalahan? Apa aku nyakitin hati kamu? Apa aku..” Sivia mendekatkan dirinya ke Rio. Ia menaruh jari telunjuknya di bibir Rio.

“ssstt. Kak Rio gak salah apa-apa kok. Mungkin ini memang jalan terbaik buat kita. Via gak bisa menjelaskan sebabnya sekarang, suatu saat pasti Via bakal kasih tau ke kakak. Please relain Via Kak. Via gak mau ngeliat kakak sedih.” Pinta Sivia.

“kalo Via gak mau liat kakak sedih, Via jangan bilang putus dong sayang. Kak Rio belum siap kalau harus ninggalin kamu dengan kondisi kayak gini. Kak Rio bakal setia nemenin Via seumur hidup.” Pinta Rio penuh keyakinan.
Ditatapnya wajah manis Sivia dengan wajah penuh harap. Rio menjapai tangan Sivia. Memegangnya dengan erat. Hangat akan ketulusan. Tergambar di wajah Rio bahwa kini ia sedang serius dan penuh pengharapan.

“kak Rio sayang sama Via kan?” Sivia menatap mata Rio dalam. Rio mengangguk pasti.
“lebih dari apapun Vi.” Ucap Rio disela anggukannya.
“kalau kakak sayang sama Via, Via punya permintaan. Sederhana. Via pengen kita udahan. Ini udah keputusan Via. Gak bisa diganggu. Via mohon kak. Via mohon.”

Rio menguatkan genggaman tangannya di pergelangan tangan Sivia. Tak mampu untuk memandang pemilik mata bening yang sangat ia cintai satu tahun terakhir. Cinta pertama yang mengajarkan berbagai macam hal dibalik keterpurukkannya. Cinta pertama yang mengajarkan bagaimana cara menyayangi seseorang dengan sepenuh hati. Cinta pertama yang sangat ia cintai dengan setulus jiwanya. Cinta pertama yang begitu sangat menyayangi apa adanya.

Tanpa Rio sadari, air mata mengalir di pipinya. Air mata yang pertama kali ia keluarkan semenjak menjalin hubungan dengan gadis cantik di hadapannya ini.

“please Kak. Relain Via.” Ucapnya sedih. Masih ada sedikit keraguan dalam kata-kata Sivia tadi.
Rio tak mejawab permintaan Sivia.
Tubuhnya malah mendekat memeluk Sivia. Erat. Sangat erat sekali. Seakan-akan ia ingin bersama gadis ini sampai akhir hidupnya. Tak ingin melepasnya. Tapi, apa boleh buat. Ini adalah permintaan gadisnya. Putus.



Rio melonggarkan pelukannya. Dalam tangisnya, Rio berusaha kuat. Ia memandangi wajah manis dihadapannya ini. Tangan kanannya mengelus pipi Sivia dengan lembut. Ia mendekatkan kepalanya ke kepala Sivia. Hanya berjarak lima centi.

“demi permintaan kamu itu, kakak akan berusaha rela untuk melepasmu Vi. Gadisku yang selama ini udah setia nemenin aku waktu susah dan senang. Thanks Vi. Selama ini kamu udah ajarin kakak tentang makna cinta. Thanks karena kamu udah memberikan arti hidup ke kakak selama ini. Kakak cinta mati sama kamu Vi. Kamu cinta pertama kakak. Dan untuk saat ini, kakak gak mau cari cinta kedua.”
Sivia dan Rio saling menatap dalam. Dan sedetik kemudian, bibir manisnya mendarat hangat di kening Sivia.

Yap. Kini, Sivia sama sekali tak mempunyai orang-orang yang tulus menyayanginya. Hanya Bi Amah (pinjem nama ibu kantin di sekolahku nih. Hehe.), pembantu Sivia yang sudah bekerja semenjak dibangunnya rumah megah itu. Perempuan yang sudah tua itu begitu menyayangi anak majikannya. Tapi karena suatu hal, Bi Amah diusir dari rumah itu oleh Bu Jessica.

Mulai hari itu, Sivia berubah menjadi anak yang pemurung dan lebih banyak diam. Seperti sekarang ini, ia sedang memandangi wajah kedua orang tuanya dengan air mata yang membanjiri wajahnya.


***


Cekreeeek.
Pintu kamar dibuka. Terlihat seseorang sedang memasukkan kepalanya dari selah pintu yang sedikit dibuka itu. Mukanya terlihat merah padam.

“Sivia, segera bereskan barang-barangmu. Om tidak menyangka dengan semuanya. Om sangat kecewa dengan perbuatanmu ini Sivia.”
Ya. Ternyata Om Adrian mengatakan hal yang membuat Sivia seperti lenyap dari bumi untuk sekarang ini. Kurang apalagi penderitaan yang ia alami selama ini? Kehilangan orang tua. Kehilangan Rio, dan sekarang, apa iya harus meninggalkan rumah yang begitu banyak memberikan kenangan-kenangan indah bersama orang tuanya?

“apa om? Via.. ” perkataannya terpotong sebelum Om Adrian mengatakan lagi hal yang membuat Sivia seperti layak untuk segera menyusul bunda dan papanya.

“kamu om antar ke panti asuhan. Cepat masukkan barang-barang kamu ke koper. Om tunggu 30 menit di ruang depan.” Sejurus kemudian, pintu kembali tertutup rapat.

Keheningan malam membuat semuanya terjadi begitu nyata saat ini. Tak ada yang diragukan. Ini nyata. Dan semua kenyataan ini sangat menyesakkan baginya. Bagi Sivia.

“ya tuhaan. Seberapa bencinya Kau dengan hambamu ini hingga Kau setega itu memberikan hamba cobaan?” Sivia mengusap lembut foto orang tuanya yang tersenyum memandang wajahnya yang kini sudah basah oleh air mata.

Terdengar dari luar kamar Sivia, suara Ify dan Ozy yang merengek kepada kedua orang tuanya kalau mereka berdua tidak ingin Sivia meninggalkan rumah itu. Terlalu berarti bagi mereka.

Walaupun hanya saudara sepupu. Tapi, mungkin tangisan-tangisan mereka sekarang sangat tidak mempan melawan perasaan benci Tante Jessica terhadap Sivia.

Tak lama kemudian, Sivia keluar dari kamar membawa dua koper besar. Ia sangat pasrah dengan musibah yang menimpanya sampai saat ini. Ify dan Ozy menatapnya dengan penuh rasa iba. Dan tante Jessica pun tertawa senang.



***


Rumah itu terlihat sederhana. Yah. Cukuplah untuk menampung anak-anak yang sudah tidak memliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Terlihat berbagai macam permainan khas anak-anak di halaman rumah itu. Ditambah lagi pohon-pohon yang rindang sepertinya membuat permainan akan semakin nyaman.
Sejak kedatangan Sivia lima bulan lalu, panti itu terlihat lebih ramai. Yap. Sepertinya Sivia sudah bisa menerima kenyataan kalau dia memang tidak memiliki keluarga lagi. Tapi, di sini, di panti ini, Sivia merasakan hangatnya keluarga yang sudah berbulan-bulan ini tidak ia rasakan.

“Sivia, apa kamu tidak berniat untuk melanjutkan sekolah kamu, Nak?” tanya Bu Panti penuh perhatian. “kamu kan sudah naik kelas 11. Nah, ini waktu yang pas untuk masuk sekolah SMA itu. Bukankah kau ingin sekali masuk sekolah itu Siv?.” Ia sangat sayang dengan anak gadis yang ada di depannya. Saat ini, mereka berdua sedang berada di kantor Bu Panti.

“tidak Bu. Saya lebih senang kalau berada di sini saja dengan mereka.” Sivia mengarahkan wajahnya ke luar jendela. Terlihat banyak anak-anak yang bermain di halaman panti itu. Dengan penuh canda tawa. Mereka terlihat kompak layaknya keluarga besar.

“hm. apa kamu tidak ingin menyusul Gabriel untuk sekolah?” tanya Bu Ira lagi. Berharap anak gadis di depannya ini berubah pikiran.

Sivia tersenyum manis.
“Bu Ira, Iyel kan sudah diangkat sebagai anak angkat oleh keluarga Bu Sinta. Jadi wajarlah kalau Iyel berhak masuk sekolah lagi.” Sivia bergeming.
“jadi, apa kamu juga ingin menjadi anak angkat oleh suatu keluarga?”
“tidak.” Sivia menjawab pasti.

“kenapa?”
“saya tidak ingin kejadian itu terulang untuk yang kedua kalinya Bu.” Sivia menjawabnya dengan tatapan kosong menghadap ke Bu Ira.
“baiklah. Saya mengerti keadaanmu sekarang Nak. Tapi, kalau saya yang akan membiayai sekolah kamu, gimana? Mau?” tanyanya lagi. Masih sedikit berharap akan kepastian anak gadis itu.
Sivia menggeleng.
“saya sudah cukup merepotkan Ibu. Saya sudah sangat bersyukur dapat tinggal di tempat ini. Kalaupun ada orang yang ingin mengangkat saya sebagai anak angkat, saya tidak akan mau. Dan tidak pernah akan terjadi untuk kedua kalinya.” Sivia menjawab tanpa ada rasa keraguan dalam kalimat yang dia lontarkan. Sebenarnya ia menolak karena tak ingin membuat repot Ibu Ira. Ia sadar dengan garis ekonomi yang ada di Panti ini. Syarat akan kekurangan.

Bu Ira kini merasa cukup dengan jawaban panjang Sivia. Ia sadar. Ia tidak akan bisa memaksa lagi tentang hal ini.
“ya sudahlah Sivia. Saya tidak akan memaksa kamu lagi.” Dia menyerah.

Hening sesaat.
“Kalau begitu, kalian jadi mengamen kan sekarang?” Bu Ira tersenyum pasti.
Sivia juga. Ia akhirnya lega karena wanita paruh baya ini mengerti juga dengan keadaannya.
“iya Bu. Kalau begitu saya permisi dulu Bu.”

***

Siang itu, udara terasa panas. Matahari seakan-akan ingin membakar bumi. Karena sudah banyak
sekali manusianya yang tidak peduli sedikit pun terhadap lingkungan.
Lampu merah kini sedang menetap. Sivia dan anak-anak lainnya segera menghampiri mobil dan motor satu persatu hanya untuk mencari sedikit uang. Pengendara mobil dan motor tidak terganggu dengan adanya pengamen jalanan seperti mereka. Setidaknya mereka masih mempunyai rasa iba terhadap anak-anak. Tidak seperti Pak Ardian dan Bu Jessica.

Selang beberapa waktu, Seseorang laki-laki berumur kira-kira 40 tahun yang berada di mobil tampak begitu serius melihat gadis di ujung jalan yang sedang mengobati luka seorang anak laki-laki yang lebih kecil darinya.

“tahan ya Dev. Kakak tinggal nempelin plesternya kok. Udah jangan nangis lagi ya.” Sivia membuka bungkus plester itu lalu menempelkannya ke kaki Deva, adiknya di panti yang tadi terjatuh akibat tersandung.
“nah selesai deh. Ni permennya buat Deva.” Sivia begitu ceria melihat Deva yang kini tersenyum ke arahnya.
“makasih ya kak. Deva sayang deh sama kakak. Hehe.” Deva membuka permen lollipop yang diberikan Sivia tadi.
“iya. Sekarang kakak antar kamu pulang yah. Biar kak Riko dan yang lainnya menyusul. Ayok!” Sivia membantu Deva berdiri. Deva berjalan tertatih. Sehingga ia harus dibopong Sivia untuk berjalan. Untung saja panti tidak jauh dari lokasi mereka mengamen.

Bapak itu terkagum melihat ketulusan anak gadis yang baru dilihatnya itu. Ia terlihat berfikir. Kemudian tersenyum.

“ikuti anak gadis itu Pak.” Perintahnya kepada supir yang mengendarai mobilnya.


***

Di sebuah rumah, tak terlalu jauh dari Panti dimana Sivia menetap, terlihat seorang bapak-bapak tadi masuk ke dalamnya. Ia melihat satu anak laki-lakinya sedang terdiam murung. Anak itu terlihat lelah. Hal itu tentu saja menarik perhatian bapak-bapak tadi.

“Ray, kenapa lagi dengan kakakmu nak?” tanya bapak itu seraya duduk disamping anak laki-laki yang dihampirinya.
Anak laki-laki itu menghela nafas panjang. Ia terlihat sedih. Tergambar dari mimik mukanya yang kini terlihat lesu.

“Kak Cakka pah. Tadi Bibi nangis gara-gara Kak Cakka kerjain.” Anak itu menunduk agar raut kesedihannya tak tertampak. “tadi kak Cakka masukin cabe ke makanannya Ray. Ray kira, si Bibi yang sengaja masukin, jadi Ray marah-marahin Bibi pah.” Ia menghela nafas lagi. “Bibi dibentak-bentak sama Kak Cakka pah. Padahal yang masukin cabenya kan Kak Cakka. Ray tau dari Bibi. Ray gak tau lagi sama sifat Kak Cakka pah. Kak Cakka sudah keterlaluan.”

Ray, anak laki-laki berumur 14 tahun yang baru-baru saja mengalami hal yang begitu menyesakkan. Ibunya meninggal karena penyakit hepatitis. Ray tinggal bersama ayahnya, dan kakaknya. Cakka. Semenjak kepergian Ibunya, Ray dan Cakka sangat terpukul. Tapi, Ray sadar kalau itu sudah kehendak Tuhan. Tak demikian dengan kakaknya. Cakka, semenjak ditinggal pergi oleh Ibunya, ia merasa tak ada lagi sesosok wanita yang menyayaginya. Sehingga sampai saat ini, ia menjadi cowok yang sangat senang untuk menjahili wanita. Sekedar untuk memacarinya lah, mengusilinya lah. Dan berbagai macam lagi hal yang dilakukannya untuk mempermainkan wanita. Ia selalu berperilaku kasar pada wanita. Ia tak mau lagi untuk mencoba menyayangi seorang wanita, seperti menyayangi Ibunya. Dalam hatinya kini hanya ada satu wanita yang special. Ya Ibunya. Tak ada wanita lain.

Ray melihat kearah ayahnya. Setelah menjelaskan apa yang terjadi dengan Cakka . Ia bingung. Nampak sekali bahwa tidak ada raut kekhawatiran di wajah ayahnya itu. Malah di saat-saat begini, ayahnya tersenyum simpul. Terlihat sekali ayahnya menyimpan harapan kebahagiaan.

“pah? Kok papah malah senyum-senyum? Biasanya papah langsung marah kalau dengar masalah Kak Cakka.” Ray sangat bingung. Bingung sekali. Apa yang telah terjadi dengan ayahnya ini sehingga beliau bisa melebarkan bibirnya untuk tersenyum?

“Ray, mulai besok papah pergi ke Australia. Ada urusan bisnis. Mungkin sekitar tiga bulan papah disana. Kamu sama temen papah awasin kakakmu yah. Mau kan?” wajah ayahnya kini menghadap ke arah Ray yang sangat bingung dengan perkataan ayahnya barusan.

Ray mengerutkan kening. Ia sama sekali tak mengerti dengan yang dimaksud ayahnya. Merasa anaknya masih membutuhkan kejelasan, Pak Darmawan membuka mulut lagi.

“kamu pasti senang deh ketemu sama teman papah itu. Seorang wanita. Papah punya feeling kalau temen papah itu bisa sedikit merubah kelakuan kakak kamu itu Ray.” Ayahnya menyunggingkan senyum terbaiknya. Sepercik harapan, wanita itu dapat merubah sikap Cakka. Tak tahu mengapa, ia mempercayai wanita itu untuk membantunya mengurus anak-anaknya selama ia pergi keluar negeri untuk beberapa saat. Ia berdiri. Meninggalkan anaknya yang masih membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Sudah beberapa langkah ia pergi meninggalkan anaknya, ia kembali berbalik karena,

“papah mau nikah lagi ya?” Ray melontarkan kalimat yang sama sekali tak terduga oleh Pak Darmawan. Kini, giliran ayahnya yang mengerutkan kening. Tak tau darimana anaknya bisa beranggapan seperti itu.

“hahaha. Liat aja besok deh. Mudah-mudahan kamu cocok ya sama temen papah itu.” Sejurus kemudian, ayahnya sudah tak tampak lagi di hadapan Ray. Mungkin istirahat di kamar karena lelah.

Ayo ayo siapa yang dimaksud ayahnya Ray?
Tunggu kedatangannya di part selanjutnya.
See you.

Sabtu, 07 Agustus 2010

This Is Me, Echa.: APA SIH KLEPTO ITU ?

This Is Me, Echa.: APA SIH KLEPTO ITU ?

APA SIH KLEPTO ITU ?

Ini adalah informasi yang pernah aku baca.
WHAT IS KLEPTO??

Kebanyakan orang sering menyamakan kleptomania dengan pencuri atau pengutil. Mereka memang mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Kleptomania disebabkan gangguan jiwa, sedangkan pengutil disebabkan kebiasaan buruk. Tapi kleptomania beda dengan mengutil, bukan saja dari pencetusnya tapi juga dari kadar barang-barang yang diambilnya.
Kleptomania bukan penyakit turunan dan banyak ditemui pada wanita. Kemungkinannya, sih, penyebab gangguan ini adalah gangguan biologis atau psikologis. Gangguan psikologis bisa terjadi karena pola asuh yang salah waktu kecil, atau juga karena kejadian-kejadian tertentu yang pernah dialaminya.
Bisa juga hal ini karena penderitanya mengalami depresi, dan salah satu cara mengatasinya adalah dengan mengambil barang milik orang lain. Penderita klepto hanya mengambil barang-barang yang sebenarnya tidak berharga atau berguna untuknya. Lokasi tempat mengambil barang tidak hanya di satu tempat. Seringnya mereka ‘beraksi’ justru di tempat-tempat yang tidak biasa, seperti kantor, hotel, atau di rumah seseorang.
Gangguan ini bisa diatasi selama ada kesadaran dan keinginan si klepto untuk sembuh. Namun penyebabnya harus dicari dulu melalui konsultasi dengan psikolog, baru disembuhkan dengan psikoterapi. Bila keinginan itu muncul dan belum terwujud, mereka akan terus merasa tegang dan gelisah. Saat itulah peran kita dibutuhkan untuk membuat mereka merasa rileks.

Kamis, 29 Juli 2010

JUST FOR YOU PART 2

PART 2

Lalu..
Di tengah derasnya hujan, laki-laki itu membuka pintu mobilnya lalu turun dari mobil dan mendekati Sivia.
“ngapain loe disini? Ayo ikut gue. Biar gue antar pulang!” kata cowok itu dengan nada kecemasan.
“em, gak. gue nunggu bus lewat aja deh.. makasih.” Sivia menolak ajakan laki-laki itu.
”udahlah. Ayo.” Kata laki-laki itu kembali dengan nada sedikit memaksa.
“gak. Makasih De! Gue nunggu bus lewat aja.”
“Vi. Sampai kapan sih loe menjauh dari gue?” tanya laki-laki itu.
“gue gak jauhin loe ko De.”
“trus? Knpa loe nolak gue ajak pulang sekarang?”
“em, em, gak papa. Gue cuman lagi pengen naik bus aja.”
“ya udah deh. Kalau gitu, Gue nungguin loe sampai busnya dateng aja.”
Buset dah. Nie cowok keras kepala banget sih,, batin Sivia.
“eh, gak usah De! Ngerepotin tau!” kata Sivia.
“Vi, jujur gue masih sayang sama loe! Apa gue salah kalo gue cuman pengen ngejagain loe walaupun loe udah bukan milik gue lagi?”
Sesaat Sivia tercengang dengan perkataan laki-laki ini. Ia terdiam.
“ya udah deh. Terserah loe aja De! Tapi kalau busnya lama, loe pulang duluan aja gak papa kok.”
“gak. Gue mau nunggu sampe busnya dateng!”
“yaudah kalo mau loe begitu.”

***

Sementara itu.. di rumah,,, Kiki menunggu Patton dan Sivia dengan nada harap-harap cemas.
“hujan-hujan gini kok Patton sama Via belum pulang juga sih!”
Tiba-tiba..
Tok.. tok.. tok..
“nah. Itu pasti mereka !”
Kemudian Kiki berlari membuka pintu rumahnya. Betul saja. Patton sudah berdiri di depan pintu rumahnya sambil mendengarkan lagu –Demi Cinta- by Kerispatih dari i-podnya.
“Eh, patton udah pulang. Naik apa de?”
“diantar sama Cakka kak! Kebetulan rumahnya Cakka searah. Jadi dia ngajak Patton bareng deh.”
“oh, ya udah deh.”

Kemudian Kiki celingak celinguk. Matanya tertuju ke seluruh jalanan depan rumahnya.
“Sivia mana Ton? Kamu gak pulang bareng Sivia?” tanya Kiki.
“loh, bukannya kak Via udah pulang daritadi ya kak?”
“hah?”
“iya. Tadi Patton lihat kak Sivia jalan bareng sama kak Riko.”
“Riko?”
“iya kak!” kata Patton dengan suara tegas dan bingung melihat kakak laki-lakinya ini.
Tanpa berfikir panjang, Kiki segera mengambil handphonenya lalu mencari kontak dengan nama Riko.
Setelah dapat, Kiki langsung menghubunginya.

Tuuuuuut.. tuuuuuut…
“Halo?”
“Halo! Riko?”
“iya. Kenapa Ki?”
“Ko! Loe dimana sekarang?”
“di mall. Emangnya kenapa Ki?”
“loe bareng sama Sivia ?”
“oh, Sivia,.. enggak tuh.. gue gak bareng sama Sivia. Emangnya kenapa?” tanyanya dengan polos seperti orang yang gak punya dosa sama sekali.
“loh, gimana sih? Sivia belum pulang juga nih. Katanya Patton,, loe tadi pulang bareng Sivia?!!!” tandas Kiki.
“oh, tadinya sih gitu Ki. Tapi gak jadi. Soalnya gue… gue.. ”
“apa?”

Ternyata daritadi Riko belum terlalu sadar dengan obrolannya bersama Kiki di telfon. Ia baru sadar setelah Silla lepas dari pandangannya (Silla beranjak ke toilet). Silla memang membuat Riko lupa akan segalanya. Sampai-sampai ia baru tersadar kalau Sivia belum ada di rumah sampai saat ini.

“Ko! Kok loe diam sih? Sekarang Sivia dimana??” tanya Kiki.
“ya ampun Ki !!!! gue lupa!! tadi tuh Via gue suruh pulang sendiri. Soalnya gue mau jalan sama Silla ke mall. Udah dari jam 2 tadi gue ninggalin dia di sekolah. Belom pulang juga ya dia?”
“apa?? Loe bego banget sih Ko!! Loe ninggalin adek gue di sekolah sendirian! udah jam 3 nih . tapi Sivia belom pulang juga ! Malah hpnya gak aktif lagi! Huuuuuuh!! Gue sama Patton mau nyari dia dulu! Pokoknya kalau sampai ada apa-apa sama Via,, loe bakalan gue jadiin bakso! Trus gue makan!”
“maaf! Maaf! Ki, gue ikut deh nyari Via! Tunggu gue disitu ya.”
“apa? Nunggu loe? Sempat Sivia diculik tau gak! Udah ah! Mendingan loe heppy heppy aja tuh bareng cewek baru loe di mall !” tandas Kiki dengan suara bentakannya. lalu Kiki mengakhiri obrolannya dengan Riko.
“Ki, Ki ! halo? Yaaaah,, kok dimatiin sih !”

***

“aduuh. Kak Sivia dimana sih kak? Ya Tuhan.. jagalah kak Sivia. Jangan sampai ada yang gangguin dia..” cemas Patton.
“Aduuh Ton, kata-katamu bikin kakak panik.. Ntar mobilnya nyungsep ke got nieh.” Kata Kiki.
“eh, iya kak. Maaf. Patton cuman takut kalau ada apa-apa sama kak Sivia.”
“ya kakak juga takut. Sama kayak kamu Ton. Tapi berdo’anya dalam hati aja Ton..”
“he-eh .. iya kak. Eh, itu bukannya Kak Sivia,, Kak?”
“mana Ton??”
“itu.. di halte kak. Ayo kita ke sana kak.!!”perintah Patton.
“iyaaaa itu Sivia…… ayo kita kesana Ton!!” kata Kiki.
“nah lho?” kata Patton yang sembari tertawa kecil melihat tingkah laku kakak laki-lakinya itu.

***

Sementara itu…
Suasana di halte terasa hening. Tak ada yang mau bicara satu sama lain. Sivia memikirkan Gabriel yang tak kunjung pulang dari Perancis.. Sementara itu, Debo memikirkan bagaimana caranya dia bisa kembali memiliki Sivia..

Tiba-tiba Debo membuka obrolan diantara mereka.
“Vi, Debo mau nanya sesuatu yang kemaren belom sempat Via jawab.”
“oh, itu.. ?”
“em, Waktu kita putus minggu kemaren, loe nggak mau bilang apa alasan loe mutusin gue. Sekarang Debo tanya, apa alasan Via mutusin Debo?”

Sebenarnya Sivia tidak mau menjawab pertanyaan yang terucap dari mulut Debo itu. Tapi, jika dia tidak menjawabnya, Debo akan selalu bertanya perihal putusnya hubungan cinta mereka.

“em, gini.. tapi Debo janji dulu sama Via gak bakalan marah.”
“iya, Debo janji. Apa ?”
“em,, sebenarnya Via mutusin Debo karena … emm… ” Sivia kembali tidak yakin.
“apa Vi? Jawab aja. Via naksir cowok lain? Atau Via ngerasa nggak nyaman kalau sama Debo? Atau…… emm, apa sih ? ”
“Gini.. Ada seseorang yang nggak bisa tergantikan di hati gue, De. Seseorang itu udah buat gue mati rasa kalau dekat sama cowok lain. Gak ada orang lain yang bisa mengisi hati gue selain dia. Dia orang pertama yang udah bikin gue ngerasa bahagia setelah sekian lama gue ditinggal Bunda pergi ke surga..” Sivia ingin menangis.. tapi ditahan, kemudian ia melanjutkan penjelasannya.
“dia udah bikin hati gue buta. Sampai-sampai gue merasa kalau dia adalah seseorang yang dikirimkan Bunda untuk nemenin gue De..” Kali ini Sivia benar-benar menitikkan air mata kesedihannya.

Debo merasa hatinya sakit sekali saat ini. Ternyata selama ini.. Sivia sama sekali tidak ada perasaan apa-apa kepadanya.
Hening sejenak..
Lalu..

“jadi? Loe putusin gue gara-gara cowok ini? Siapa sih dia? Sion? Rio? Atau Cakka? Atau mungkin…… Gabriel? Temen SMP kita dulu? Yang pergi ke Perancis itu? Iya? ”

Sivia tercengang kaget. Ia tidak menyangka kalau Debo bisa menebak isi hatinya. Tanpa basa-basi Sivia menjawab pertanyaan Debo..

“iya. De. Gabriel orang special yang pernah ada di hati gue.!” kata Sivia dengan tegas namun sedikit lirih.
Debo hanya terdiam mendengar itu.

“em, De, gue mau jujur sama loe. Sebelumnya, gue minta maaf sama loe. Sebenarnya gue nerima loe dulu bukan karena gue suka sama loe. Tapi karena gue ingin mencoba membuka diri untuk cowok lain selain Gabriel yang ada di hati gue. Tapi ternyata gak bisa De. Makanya Gue mutusin loe tanpa ada alasan yang jelas waktu itu. Sekali lagi maaf De. Gue gak bisa nyembunyiin perasaan gue yang sebenarnya. Gak ada yang bisa gantiin posisi Gabriel di hati gue.” Kata Sivia dengan sedikit tegas sambil memegang kedua tangan Debo.

Tak lama kemudian..
Debo lalu melepas genggaman tangan Sivia itu.. lalu berjalan dengan sangat cepat ke mobilnya tanpa sedikit pun menoleh kearah Sivia. Ia pun lupa akan niatnya untuk menemani Sivia sampai busnya datang. Setelah menyalakan mesin mobilnya, Debo pun melintas dengan kecepatan tinggi.

Sivia merasakan kekecewaan yang sangat mendalam di hati Debo. Tapi apa boleh buat. Ia tidak bisa terus menerus membohongi dirinya kalau ia sama sekali tidak ada perasaan apa-apa terhadap Debo. Ia hanya ingin menunggu Gabriel, Gabriel, dan Gabriel. Tak ada yang lain difikirannya selain Gabriel.

Kemudian Sivia menutup wajahnya dengan kedua tangannya,, kembali merasakan kesedihan. Dan,,, Ia menangis.

Kiki dan Patton sedari tadi menyaksikan kejadian hebat yang terjadi terhadap Sivia dan Debo. Sebenarnya mereka telah menemukan Sivia duduk di halte bersama Debo sejak tadi. Tapi mereka enggan untuk memotong pembicaraan 2 anak manusia yang begitu serius.

Kemudian, mereka mendekatkan diri dan duduk di samping Sivia.
“Vi, ayo pulang” kata Kiki lembut sembari memegang pundak adik tirinya itu.
“iya kak. Ayo pulang. Daritadi kita nyariin kakak kemana-mana. Eh, gak taunya disini.” Kata Patton dengan wajah polos.

Sivia lalu mambuka matanya yang agak sembab itu. Tanpa berfikir panjang, Sivia langsung memeluk Kiki dan Patton.
“ya udah. Ayo pulang Vi. Terus tenangin diri.” Kata Kiki.
“iya kak. Makasih ya kalian berdua care ma Via.”
“iyaa kak.. udah .. ayuk buruan pulang Kak. Ntar keburu sore. Kan Kak Via belum makan. Kak Kiki.. mana kunci mobilnya? Biar Patton aja yang nyetir,, kan daritadi Kakak yang nyetir. Pasti capek.” Kata Patton.
“nih !” Kiki memberi kunci mobil kepada Patton dan mereka .. pulang..

***

Keesokan harinya di sekolah..
“Vi, kalau ada apa-apa, kamu datengin kakak aja di kelas XI-1. atau gak di ruang OSIS. Ya?” kata Kiki.
“iya kak.”kata Sivia dengan manis.
“Patton!!” panggil Kiki.
“siap kak! Patton pasti jagain Kak Via ” tandas Patton yang sudah mengerti maksud Kakaknya itu.
“oke. Kalau gitu, belajar yang bener ya.”
“kakak juga tuh. Belajar yang bener..” Kata Sivia dan Paton bersamaan.
“oke.”

***


Di kelas, Sivia dan Patton menyapa teman-temannya. Sivia dan Patton memang sekelas. Umur mereka hanya berbeda 10 bulan. Walaupun mereka berdua saudara tiri, tapi mereka begitu kompak layaknya saudara kandung. Teman-temannya pun sangat salut pada mereka berdua.

“hai, Vi.” sapa Angel, Zahra, Ify, dan Silla bersamaan.
“hai juga.!! ” balas Via.
“em, Vi… gimana kemaren? Loe pulang sama siapa Vi?”tanya Silla dengan nada sedikit ketakutan..
“oh, itu, gue dijemput sama Ka Kiki dan Patton.”jawab Sivia.
“oh, gitu.. maaf ya kemaren aku dan Riko sama sekali gak bermaksud untuk ninggalin kamu. Maaf ya cantik!” gombal Silla.
“iya. Gak papa kok. Malah aku berterima kasih banget sama kalian berdua karena udah ninggalin aku.”
“ ha?? lho kok? Maksud kamu Vi?” tanya Angel yang tidak begitu mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh Sivia.
Ify, Zahra dan Silla pun kebingungan dengan perkataan Sivia barusan.

“iya,, jadi gini…………” Sivia menjelaskan panjang lebar tentang apa yang dialaminya dengan Debo kemaren siang.
Lalu..
“oooooooo… jadi gitu…………” kata Angel,Zahra,Ify dan Silla bersamaan dengan suara yang sedikit keras sehingga anak-anak yang ada di dalam kelas menjadi memperhatikannya..
“sssssttt.. kalian jangan nyaring-nyaring donk. Ntar kedengaran sama orangnya lagi.” Kata Sivia.
“enggak Vi. Tenang aja.. Dia lagi dengarin i-Pod ko.” Kata Silla yang duduk tepat di depan Sivia.
“lanjut Vi.. ” kata Ify yang tidak sabar mendengar lanjutan cerita tadi.
“iya Vi.. terus.. terus gimana??” kata Zahra yang juga tidak sabar mendengar lanjutan ceritanya.

Tiba-tiba.. sang ketua kelas datang mengumumkan sesuatu..
“CEPAT DUDUK DI TEMPAT KALIAN MASING-MASING!! BU OKKY DATAAANG..” dengan suara rocknya, Sion berteriak sambil berlari menuju tempat duduknya.
Benar saja, tak lama kemudian, Bu Okky datang. Anak-anak berhamburan kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.

“pagi anak-anak,” sapanya.
“pagi bu.”
Sementara itu dibelakang..
“Ngel, minggu lalu pelajaran Bu Okky ngapain aja?” kata Sivia kepada Angel yang duduk sebangku dengannya..
“oh iya Vi. Gue lupa ngasih tau loe kalo hari ini tuh ada lanjutan pengambilan nilai nyanyi. Katanya sih, Bu Okky mau memilih beberapa orang yang suaranya bagus.”
“trus??”
“nah, itu yang gue gak tau. Kata Bu Okky, beliau bakal ngumumin kalau pengambilan nilai nyanyinya sudah selesai.”
“oh.. gitu.. btw, loe udah maju blom Ngel?” tanya Sivia.
“udah minggu kemaren.”kata Angel.
“mampus!! Berarti gue ntar sendirian dong majunya.” Kata Sivia dengan suara yang lumayan keras sehingga mengagetkan Bu Okky.

Bu Okky sontak memanggil Sivia.
“Sivia. Kenapa kamu berteriak di kelas?” tanyanya.
“eh, ng.. ng.. nggak bu. Tadi refleks aja. Hehe.” Sembari menahan malu, ia hanya memberikan senyuman manis kepada teman-temannya. Patton yang melihat kejadian itu hanya senyum-senyum gak jelas.
“ya sudah. Persiapkan diri untuk ibu tes nyanyi.” Perintah Bu Okky.
“baik bu.”

Sivia hanya pasrah mendengar perintah gurunya itu.
“Vi, kalo gak salah, minggu kemarin, Cakka juga belom ambil nilai kok soalnya dia gak masuk sama kayak loe!.” Kata Angel.
“oh, baguslah. Berarti gue gak sendirian jadi tontonan gratis. Hehe.”

Selang beberapa menit..
“Cakka Kawekas Nuraga. Silakan maju ke depan.” Perintah Bu Okky.
“baik bu.”
Cakka yang duduk sebangku dengan Deva hanya menyeringai begitu namanya dipanggil.
“oke. mau nyanyi lagu apa Cak?” tanya Bu Okky.
Tanpa basa-basi dan pikir panjang, Cakka menjawab pertanyaan Bu Okky.
“-Aku Bukan Boneka- Bu.” Kata Cakka.

Hening sejenak..
3 detik kemudian, anak-anak satu kelas langsung tertawa terbahak-bahak. Tidak terkecuali Bu Okky. Tak disangka lelaki yang selama ini menjadi cowok terpopuler di ICIL SCHOOL, mencatat sebuah catatan buruk. Yaitu nyanyi lagu –Aku Bukan Boneka- by Rini Idol yang kesannya ceweeek banget.

“hahahahaha.. gak salah tuh? ya sudah Cakka.. silakan bernyanyi. Yang lain diam!!” kata Bu Okky yang masih tertawa kecil.
“baik bu.”


Kau fikir aku akan tergoda saat kau bisikkan kata cinta.
Kau fikir aku sperti mereka yang mudah saja berimu semua
Aku berbeda aku tak sama aku bukanlah sebuah boneka
Aku berbeda aku tak sama yang kuinginkan hanyalah cinta
Hoooouoooo…


Setelah 3 menit, akhirnya Cakka selesai juga bernyanyi di kelas.
“bagus Cakka. Suaramu lumayan.” Puji Bu Okky yang sedari tadi tertawa terkekeh mendengar Cakka bernyanyi.
“terimakasih bu.”

Cakka kembali ke tempat duduknya.
“gila loe Cak! Gokil banget tau gak! Ahaha.. ” kata Deva sembari tertawa kecil.
“iya. Gak nyangka gue loe bisa sebegitu gilanya di depan tadi. Keren.. keren..” kata Ray
“Oya Cak, loe gak takut apa kalau misalnya cewek yang loe taksir, Sivia, jadi ilfill ngeliat loe?” tanya Deva kembali.
“hehe.. Sivia itu cewek yang cuek. Jadi dia gak bakalan comment apa-apa Dev!!..” jawab Cakka.
“trus loe gak takut reputasi loe buruk di depan fans-fans cewek loe gara-gara nyanyi –Aku Bukan Boneka- Cak?” tanya Ozy yang duduk di depan Cakka.
“gak. Biasa aja. Toh cewek-cewek di sekolah kita masih tetap mengidolakan gue kok. Hahaha..” Cakka menyombongkan diri. Deva, Ray dan Ozy juga tertawa terkekeh melihat sobatnya itu narsis gila!.

Sementara itu di belakang, Agni yang daritadi melihat tingkah Cakka terlihat shock. Agni adalah salah satu anak cewek di sekolahnya yang sama sekali tidak mengidolakan Cakka.
Agni tau kalau lagu itu dinyanyikan oleh Cakka untuk menyindir dirinya. Karena, pada saat mereka SMP, Agni disuruh oleh guru keseniannya untuk menyanyikan lagu itu. Cakka pun terlihat sangat bahagia melihat musuh bebuyutannya yang dianggap sebagai ‘cewek jadi-jadian’ menyanyikan lagu itu dengan gaya centil. Menurutnya itu bukan Agni banget. Secara Agni kan tomboy. Gak cocok untuk diajak centil-centilan.
“awas loe. Lihat aja ntar pulangan!” ancam Agni sambil memperlihatkan genggaman tangannya ke Cakka.
Cakka hanya memandang itu dengan senyuman manisnya.

“Berikutnya.... Sivia Azizah.!!” Bu Okky melanjutkan.
“huuuft. Giliran gue nih. Doakan gue ya.” Kata Sivia kepada 4 sahabatnya.
“iya. Semangat vi!” kata Silla.

Sivia pun berjalan meninggalkan tempat duduknya.
Debo yang duduk tepat dibelakang Sivia begitu serius melihat Sivia. Pandangan matanya sangat isyaratkan arti bahwa ia masih mencintai Sivia.
“Baik. Mau nyanyi lagu apa Siv?” tanya Bu Okky.
“em, itu Bu.. Lagunya Marcell yang judulnya -Firasat-.. ini lagu yang saya nyanyikan untuk ……” perkataan Sivia terpotong karena ada suara pintu.

Tok.. tok.. tok..
“Permisi Bu Okky.” Kata salah satu suara.
“em, Vi.. jangan nyanyi dulu ya. Berdiri dulu disitu. Ibu ada keperluan sebentar.” Pesan Bu Okky.
“baik bu.” Jawab Sivia.

Kemudian Bu Okky bergegas mendatangi arah suara itu.
“eh, ibu Kepsek. Ada apa Bu?” tanya Bu Okky.
“ini. Ada anak baru. Titip di kelas ini ya Bu.” kata Bu Ira.
Ternyata Ibu Ira sang Kepsek di Icil School datang dengan membawa satu murid laki-laki yang baru pindah dari Perancis.

“oh, baik bu.”kata bu Okky.
“kalau begitu, saya pergi dulu ya Bu.” Kata Bu Ira yang melangkah kembali menuju ruang Kepsek.
“oh, iya. Terima kasih Bu.”

Lalu, Bu Okky membawa anak laki-laki itu masuk ke dalam kelas.
Hehe. Anak ini cakep juga. Eh, ya tuhan.. masa’ aku naksir sama anak kelas 1 SMA?? Batin Bu Okky.
“ayo kita langsung masuk ke kelas.” Perintah Bu Okky.
“baik Bu.”kata anak laki-laki itu.

Ketika anak itu berjalan ke dalam kelas, Sontak anak-anak menjadi ribut. Terlebih Debo, Ify, Cakka, Deva dan Ray menganga kaget melihat kedatangan anak laki-laki itu. Sivia yang berdiri di depan kelas pun menjadi canggung,

“haaa?? Ya ampuun… itu kan……” Kata Cakka dengan perkataan kecil.
“iya. Dia akhirnya beneran kembali.” Kata Deva.
“iya. Ternyata dia gak bohong. Dia beneran balik dari Perancis.” kata Ray.

Suara ribut anak-anak menjadi tambah tidak terkontrol.
“gillla.. cakep banget…” kata Dea.
“iya. Sumpah. Nie anak keren banget.”kata Keke.
“biasa aja tuh.” Kata Agni.
“yeee. Dibandingin Cakka mah, gak ada apa-apanya.”kata Dea kembali.

Sementara itu di daerah tempat duduk Sivia.
“anaknya lumayan keren ya.” Kata Silla.
“iya. Sil.” Kata Angel yang membenarkan perkataan Silla.
“eeeeeitss. Loe kan udah punya Kak Riko Sil. Masa nie anak loe embat juga sih?! Maruk banget loe.” Kata Zahra yang sama sekali tidak terima.
“hehe.. ya gak mungkin lah Ra.. gue kan setia ama Riko..” kata Silla kembali.
“bagus deh.” Kata Zahra yang sepertinya naksir sama anak baru ini.
“udah.. udah.. sssstttt diam.” Kata Ify menengahi perdebatan kecil diantara sahabatnya itu.

Sementara itu pikiran Debo masih tidak karuan... ia masih tercengang melihat anak laki-laki itu.
“apa? Dia balik. Apa ini gak mimpi? Kenapa dia harus balik lagi sih!” Debo hanya bergumam dalam hati. Ia terlihat sangat shock melihat kedatangan anak laki-laki itu.

Memang Anak laki-laki itu terlihat cool banget. Cakka yang jadi anak terpopuler karena predikat ‘keren’ aja gak bisa ngomong apa-apa lagi.
Sebelum anak laki-laki itu memperkenalkan dirinya,, ia memandangi Sivia dengan penuh keseriusan. Sivia yang melihat anak laki-laki itu terus memandanginya pun terlihat kikuk.

Lalu..

To be continued…


Siapakah anak laki-laki pindahan dari Perancis itu?
Apa hubungannya anak laki-laki itu dengan Debo, Ify, Cakka, Ray dan Deva?
Apa sebenarnya maksud Bu Okky mengadakan pengambilan nilai menyanyi?

Nantikan part selanjutnya ya..

Senin, 26 Juli 2010

This Is Me, Echa.

This Is Me, Echa.
ini karya tulis pertama saya. maafkan sebelumnya kalau jelek. masih pemula dan amatiran. read please:)

"JUST FOR YOU"
PART 1

Hari itu…
Di bandara…
“Vi, jangan lupain Iyel ya.. Tunggu Iyel.. Iyel pasti datang untuk selalu jagain kamu lagi kok. Iyel gak akan pergi lama.. Iyel janji deh !!”
“Tapi sampai kapan Via harus nungguin Iyel..” kata Sivia sambil menangis.
“Iyel juga gak tau Vi.. Maafin Iyel ya..”
Gabriel yang sedari tadi memeluk Sivia,, tiba-tiba mendengar suara mamanya yang memanggil namanya. Dan langsung melepas pelukannya terhadap Sivia.
“Yel, ayo cepat!! Pesawatnya udah mau berangkat.. Eh ada Sivia ya.. Loh, Sivia ke sini sendirian ?”
“eh, enggak tante.. Sivia ditemani Patton dan Ka Kiki..”
“oo.. lalu mereka kemana?”
“mereka nungguin Via di mobil, tante..”
“oo.. begitu.. hem,, ya sudah, Via,, tante pergi dulu ya.. Salam sama bunda dan papa kamu ya..”
“iya tante.. nanti Via sampaikan ke bunda dan papa.”
“Ya sudah.. Jaga diri baik-baik ya Via.. Maafin tante kalau Gabriel harus ikut ke Perancis sama tante. Sebenarnya Iyel gak mau ikut sama tante. Tapi apa boleh buat..”
“iya tante. Sivia ngerti kok.”
“ya sudah.. Jaga diri baik-baik ya sayang.. Ayo Yel kita berangkat.. Papa sudah nunggu di dalam tuh.”
“ma, mama duluan aja.. Iyel masih mau bicara sama Via 2 meniiiit lagi…” pinta Gabriel kepada mamanya.
“hem, ya sudah kalau begitu.. cepat ya Yel.. Nanti kita ketinggalan pesawat.. em, Via.. tante pergi dulu ya..”
“Ya tante.. Hati-hati disana ya.”
“hm, iya.. makasih ya Via..”

Setelah beberapa langkah mamanya pergi, Iyel kembali memeluk Sivia..
“Vi, jaga diri baik-baik ya.. Iyel mau, kalau ntar Iyel balik ke sini, Iyel lihat Via sama seperti yang Iyel lihat sekarang.. Iyel gak mau lihat Via berubah.”
“hmm,, iya iya. Via janji.. Tapi kalau Iyel perginya lama banget,, Iyel harus siap lihat Via berubah.” Kata Sivia yang kembali menangis.
“loh, kok ngomongnya gitu?”
“makanya!! Iyel baliknya cepat!! Jangan ninggalin Via lama-lama.. ”kata Sivia yang tangisannya tambah menjadi-jadi.
“iya. Iya. Iyel janji.. Udah dong. Jangan nangis terus. Iyel ntar kepikiran terus niih.” Kata Iyel sambil menghusap butiran air mata yang jatuh di pipi Sivia.
Entah mengapa, rasanya Sivia seperti tidak bisa bernafas. Dadanya sesak sekali merasakan pelukan hangat dan husapan tangan yang mendarat di pipinya. Ia merasakan sepertinya jantungnya berhenti berdetak.


“em, Vi, sebenarnya ada satu hal yang mau Iyel ngomongin sama Via.. Tapi..”
“apa Yel?”
“em, itu..”
“apa?”
“em, sebenarnya……”
“apaan sih Yel ?”
“em,, gini.. sebenarnya aku… Aku… Emm,, ”
“kamu kenapa sih Yel ? ”
“hm, a.. aku.. aku.. aku.. cint..”
PESAWAT JURUSAN PARIS PERANCIS SEDANG DALAM PERSIAPAN UNTUK TAKE OFF. HARAP PENUMPANG SEGERA BERSIAP-SIAP.
“Yel, cepetan dong ngomongnya.. pesawatnya udah mau berangkat tuh. Apaan sih ?”
“em, aduh Vi, gak jadi deh. Iyel ngomongnya ntar aja pas Iyel balik lagi ke Jakarta. Ya?”
“em, ya udah deh.” Sivia menunduk lesu.
Tiba-tiba..
Satu kecupan hangat mendarat di dahi Sivia. Sontak Sivia kaget.
Kemudian ..
“Vi, Iyel pasti balik. Iyel janji. Tunggu Iyel.” Bisik Iyel di telinga Sivia.
Lalu, Gabriel pergi berlari meninggalkan Sivia. Sivia melihat Gabriel melambaikan tangan dari kejauhan. Sivia membalas lambaian tangan Gabriel. Ia kembali menangis melihat kepergian Gabriel yang tidak sebentar.

@ Di perjalanan menuju parkiran dimana Kiki dan Patton menunggu Sivia. Sivia bergumam dalam hatinya.
“aku sayang kamu Yel” batin Sivia. Tapi kenapa kamu gak mau ngomong kalau kamu sebenarnya juga sayang sama aku!!! Aku kesal sama kamu..

@ Sementara itu di dalam pesawat,,,
“aku sayang kamu Vi” batin Gabriel. Tapi maafin aku karena aku laki-laki bodoh yang gak berani ngungkapin perasaanku yang sebenarnya ke kamu. Maafin aku Vi.


***

Hari-hari pun berlalu..
Tak terasa 3 tahun kemudian..
kriiiiiiing…
Bel pulangan berbunyi. Anak-anak Icil School berlarian keluar. Mereka tampak kegirangan karena jam belajar sudah habis.
Siang itu, dibalik pohon sekolah, tampak sepasang sahabat sedang membicarakan sesuatu hal.
“em, Vi, gimana nih?” tanya Riko.
“udah cepat sana samperin orangnya!!” perintah Sivia.
“tapi gua takut tau Vi!!”
“ya ampun Ko! Gue kan udah bilang! Loe pasti diterima kok! Udah cepat sana samperin!” Sivia mencoba memberi dukungan pada Riko.
“Vi,, loe kan sahabat gue,, loe bantuin gue dikit napa!” gombal Riko.
“bantuin apa lagi Ko? Gue udah suruh Silla jangan pulang dulu biar loe bisa ngomong langsung sama dia sekarang!. Gue kurang apa lagi coba! Udah, cepetan sana koooo!!!!” bentak Sivia.
“tapi,,,,!”
“iiiih… Silla itu gak makan orang! Cepetan sana! Kalau gak,, gue teriak disini nih kalau loe naksir sama Silla. Biar anak-anak pada tau!!” bentak Sivia kembali.
“eh, jangan! Jangan! ng, iya iya deh.. iya.. gue samperin dya.”

Akhirnya Riko luluh juga.
Hm, inilah saatnya. Batin Riko.
“Nah, gitu dong. Itu baru Riko sahabat gue. Udah sana samperin! Kasian tuh Silla udah nunggu daritadi.”
Riko pun mengangguk mengiyakan perintah Sivia.

Setelah itu, dengan perasaan gugup, Riko berjalan, berjalan, dan terus berjalan, lalu duduk di samping Silla. Setelah beberapa menit basa-basi, Dia pun mengutarakan perasaannya kepada Silla.

Dari kejauhan, Sivia terus memantau dan sesekali tertawa karena tingkah sahabatnya itu yang konyol pada saat berbicara dengan gadis pujaannya, Ashilla Zahrantiara alias Silla.
“hahaha… Riko… Riko… Akhirnya loe nembak Silla juga. Hm, gue bener-bener gak sabar dengar jawabannya Silla.”
Tiba-tiba… hp Sivia bunyi. Sms masuuk.

<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
To: Riko asem.
Tu kn . ap gue blg! Loe pzti dterima ma Silla.
Ya ud de. Kalo gtu, cpetan qta pulang. Udah sore nih. Tugas gue ud slese. Capek gue. Cpetannn!!!

Riko membalas sms Sivia.

<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
To: Riko asem
Dasar loe Ko! Nie kn mau ujan! Gue plg naik ap coba! Dsar loe gg tau trima kasih! Gue gak bakalan mau maapin loe!

Kemudian Sivia pun mematikan hpnya. Ia kesal sekali dengan Riko saat itu.
Hujan pun turun dengan derasnya. Sivia berteduh di halte tempat pemberhentian bus. Ia menunggu bus yang siapa tahu lewat. Kali ini Via tidak membawa mobil karena mobilnya lagi masuk bengkel. Karena itu niatnya ia ingin nebeng sama Riko. Tapi semuanya jadi kayak gini..
Sudah hampir setengah jam Sivia menunggu bus yang tak kunjung lewat juga.
“huuuft.. mana sih nie busnya. Capek gue nunggunya. Awas loe Ko! Gue gak bakal maapin loe.!”. marah Sivia..
Tiba-tiba, ditengah derasnya hujan, tampak seorang laki-laki keren yang melintas dengan mobil jazznya. Via tidak asing lagi dengan mobil itu. Karena dulu, Via sering diantar pulang atau jalan-jalan dengan mobil itu dan tentu saja dengan pengendara jazz itu. Tiba-tiba mobil jazz yang melintas itu berhenti tepat didepan dimana Sivia berdiri menunggu bus datang.
Lalu………

To be continued…



Siapakah pengendara mobil jazz itu ?
Apakah Sivia akan memaafkan Riko?
Dan kapankah Gabriel balik ke Jakarta?